Khamis, 6 Januari 2011

TiAdA yAnG kEkAl AbAdI..

          Pernah pada satu hari di kampus, suasana ceria pada waktu rehat di kelas bertukar wajah tiba-tiba. Seorang teman terduduk di lantai setelah berbual di telefon. Air mata jelas membasahi pipinya.

"Eh, kenapa ni?" Tanya seorang teman. Diri ini sekadar memerhati.

"Tadi ada akak se'syaqqah' telefon, suruh balik sekarang juga."

"Jadi yang kau menangis ni kenapa?"

"Aku tak tau, tiba-tiba rasa risau. Rasa tak sedap hati. Tak apalah, aku balik dulu.."

Keesokan harinya...                                                                                                                                                                                  
"Kelmarin kenapa? Ada masalah kah?"

"Tak tau ke?"

"Tak.."

"Ayah meninggal.."

"Innalillahi wa inna ilaihi roji3un.. ayah sakit apa?"

"Tak sakit apa. Sihat walafiat ja. Manusia, bila sampai ajal tak kira ada penyakit ke atau tiada, tetap akan pergi juga."

     Aku terkedu. Wajah teman itu begitu tenang, matanya memandang ke hadapan. Biar berada jauh di perantauan, jauh dari keluarga tercinta dan tatkala masih cuba menyesuaikan diri dengan duri mehnah di bumi anbiya' ini, dirinya diuji pula dengan pemergian ayahanda tersayang. Peritnya pemergian itu ketika dia tercampak ke benua asing demi sebuah mujahadah. Timbul rasa sayu dalam hati ini, namun pastinya berat mata memandang, berat lagi bahu yang memikul..

"Sabar k.. Allah lebih sayangkan arwah."

"InsyaAllah..syukran. Setakat ini aku masih mampu untuk tabah. Doakan aku, agar redha atas segalanya."

Tanganku digenggam erat. Dingin.
Lantas ku teringat pada firman Allah...

"Apapun kenikmatan yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup di dunia. Sedangkan apa (kenikmatan) yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakkal." As-Syura, 36.

    Sungguh, setiap apa yang kita miliki di dunia ini sama ada harta, pangkat, keluarga dan nikmat hidup yang lainnya, merupakan hak milik mutlak Allah Taala. Manusia cuma sebagai pemegang amanah dan bila Allah mengkehendaki, semua nikmat tadi pasti akan di ambil semula dari kita. Lantas untuk apa bersedih? Untuk apa kecewa? Sedangkan manusia tidak punya hak sedikit pun atas segalanya..

    Teringat sebuah kisah, seorang lelaki yang berpergian ke sebuah tempat yang jauh, meninggalkan isteri dan seorang anak di rumah..
    Sepeninggalan sang suami, sang anak tiba-tiba jatuh sakit lalu meninggal dunia. Apabila sang suami tadi kembali dari bermusafir, sang isteri hanya berlagak biasa sedangkan sang suami belum mengetahui apa-apa tentang kematian anak mereka. Sang isteri melayan suami seperti biasa. Kemudian apabila sang suami bertanya, "Isteriku, mana anak kita? Dari tadi abang belum bertemunya." Sang isteri sambil menahan sebak di dada lalu menjawab, "Anak kita sedang tidur, abang berehatlah." Keesokan harinya, pada waktu malam sang suami bertanya lagi, "Isteriku, mana anak kita? Dari kelmarin abang belum bertemu dengannya. Abang rindu padanya." Sang Isteri lalu menjawab, " Anak kita sudah tidur, esok sahajalah abang bertemu dengannya." Sang suami akur. Kemudian, si isteri berkata, "Abang, dahulu ada orang pernah titipkan barang miliknya di rumah kita." Sang suami bertanya pula, "Sayang jaga baik-baik tak barang dia tu?" Lalu sang isteri menjawab, "Jaga, dan baru-baru ini, waktu abang tiada di rumah, orang tu ambil balik barang dia." Sang suami berkata lagi. "Biarlah dia ambil. Itukan hak dia. Yang penting kita dah jaga barang dia baik-baik." Kemudian sang isteri berkata, "Abang, sesungguhnya anak kita milik Allah, dan Allah telah mengambilnya kembali.".......

    Sesungguhnya, redha atas segala ujian Allah itu merupakan salah satu bukti kekuatan iman. Manusia yang mampu menerima segala musibah dan mehnah dengan hati yang lapang, ialah manusia yang benar-benar yakin dengan segala janji Tuhannya, janji tentang hikmah yang menanti atas segala cubaan, dan janji syurga bagi orang-orang yang bersabar..

    "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya talah tertulis di dalam kitab (Luh Mahfuz) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri." Al-Hadid, 22-23.

~BintulQaryah~

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Syukran jazilan atas ulasan anda. Ada masa ziarahlah BQ lagi.. :-)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...